Minggu, 29 September 2013



          Dewasa ini kita telah disuguhkan dengan berbagai kemudahan-kemudahan dalam kehidupan sehari-hari yang ada di sekitar kita. Kehidupan sehari-hari dibuat lebih mudah dan dunia seakat tanpa batas. Kita bisa mendapatkan informasi atau hal yang kita inginkan hanya dengan mengeklik yang kita mau. Tentunya hal ini akan membawa kemudahan pada kehidupan manusia, dari yang awalnya rumit menjadi lebih praktis dan mudah dengan adanya kecanggihan teknologi. Kemudahan-kemudahan ini tentunya akan membawa dampak positif bagi manusia, namun disisi lain hal yang tidak boleh terlepas dari perhatian kita adalah dampak-dampak negative yang juga ditimbulkan oleh semakin liarnya arus teknologi tersebut. Sebagai contoh, anak-anak usia sekolah dasar saat ini sudah fasih mengoperasikan computer dan sudah pandai menjelajah di dunia maya. Hal ini akan memberi manfaat jika dilihat dari sudut pandang positif. Namun jika kita telisik lebih dalam lagi maka akan muncul hal hal yang harus menjadi bahan pertimbangan orang tua dalam memproteksi anaknya dari kencangnya arus globalisasi. Para orang tua harus was-was ketika anaknya telah pandai dalam mengoperasikan computer serta menjelajah di dunia maya. Karena apa ? karena internet adalah gerbang dunia dan tempat segala informasi. Baik yang bagus maupun informasi yang kurang tepat dikonsumsi oleh anak usia sekolah dasar. Disini peran orang tua sangat berpengaruh dalam pengawasan putra-putrinya dalam memasuki era globalisasi seperti saat ini.
                Jika berbicara mengenai globalisasi, biasanya kita akan berpikiran mengenai masalah-masalah  kecanggihan teknologi, kemudahan komunikasi, pesatnya arus informasi, dan hal-hal yang berkaitan dengan teknologi. Namun sebenarnya globalisasi tidak hanya mencakup mengenai hal-hal tersebut saja, globalisasi memiliki cakupan yang luas. Globalisasi mencakup segala hal yang membuat kita sebagai individu dapat memiliki keterkaitan dengan individu lain di belahan bumi yang berbeda, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Dan mengapa globalisasi sangat luas karena manusia akan dan masih membutuhkan manusia lain secara global dalam memenuhi kehidupannya. Sebagai contoh sederhana, pakaian yang kita gunakan tidak hanya diproduksi dari daerah kita sendiri saja atau negara kita sendiri saja. Baju yang kita kenakan ini mungkin bahan kainnya dibuat oleh pabrik yang berada di Jawa Barat. Kemudian benangnya adalah hasil dari industry yang berada di salah satu provinsi di Taiwan. Lalu kancing bajunya diproduksi di China. Dan kemudian baju tersebut diproduksi pada pabrik yang berada di Pakisaji, Kabupaten Malang. Inilah gambaran sederhana mengenai globalisasi, walaupun sebenarnya globalisasi ini sendiri tak sesederhana yang saya gambarkan ini. Namun dengan gambaran sederhana ini semoga membuat kita lebih mudah dalam memahami konsep globalisasi.

Selasa, 10 September 2013

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa dipisahkan dari suatu hal yang disebut interaksi sosial. Hal ini dapat terjadi karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial. Di antara banyak hal yang memberikan makna di dalam kehidupan manusia, orang lain merupakan suatu hal yang terlihat sepele namun justru merupakan yang paling banyak berperan dalam hidup kita. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan pasti membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Suatu ketergantungan yang mewarnai kehidupan manusia inilah yang kemudian disebut sebagai interaksi sosial.
Dalam berinteraksi sosial di kehidupan sehari-hari tentulah kita dihadapkan pada keberagaman aspek-aspek sosial dimana didalamnya mencakup pola kebiasaan, pemahaman kepribadian, dan pengalaman manusia. Pemahaman terhadap kepribadian orang lain bisa menjadi salah satu komponen penting yang diperlukan saat bergaul atau menjalin relasi dengan orang-orang di sekitar. Relasi merupakan hal yang penting dalam bersosialisasi karena kelak di masa mendatang atau di saat dibutuhkan sedikit banyak kita akan terbantu dengan keberadaan para relasi tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari hal-hal seperti inilah yang menjadi objek kajian psikologi sosial. Psikologi sosial bisa masuk didalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Psikologi sosial pula yang mengambil peran dalam pendekatan-pendekatan pada kehidupan sosial masyarakat tersebut. Banyak sekali hal-hal kecil yang kadang tidak kita perhatikan ternyata merupakan salah satu objek kajian dalam psikologi sosial. Sebagai contoh misalnya adalah ekspresi emosional wajah. Sebagai manusia kita cenderung memberi penilaian pada seseorang melalui ekspresi wajah. Secara sederhana ekspresi senyum atau tertawa biasa diartikan sebagai suatu kegembiraan, dan ekspresi cemberut atau murung biasa diartikan sebagai suatu kesedihan. Namun hal ini tidak berlaku mutlak, dan disinilah peran psikologi sosial dalam menganalisis suatu tanda-tanda personal dan tanda-tanda sosial yang ada di masyarakat.
Sering pula dalam kehidupan sehari-hari kita melakukan suatu prasangka terhadap suatu hal atau terhadap orang lain. Kita sering sekali memberikan penilaian secara singkat dan tanpa dasar terhadap suatu hal yang nampak di sekitar kita. Hal ini yang menjadikan pemahaman sementara kita terhadap suatu hal tersebut menjadi dugaan awal atau penilaian awal dan berpengaruh besar dalam pemikiran kita. Namun sebenarnya apa itu prasangka ?. Menurut Jones (dalam Liliweri, 2005) prasangka adalah sikap antipati yang berlandaskan pada cara menggeneralisasi yang salah dan tidak fleksibel. Kesalahan itu mungkin saja diungkapkan secara langsung kepada orang yang menjadi anggota kelompok tertentu. Prasangka merupakan sikap negatif yang diarahkan kepada seseorang atas dasar perbandingan dengan kelompok sendiri.
Dari definisi prasangka menurut jones tersebut dapat kita lihat bahwa pemikiran Jones tersebut mengarah pada pengertian prasangka dari sudut pandang negatif. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa di masyarakat kita dan mungkin di dunia, prasangka sering dianalogikan dengan hal-hal yang cenderung negatif. Namun sebenarnya prasangka tak selalu bersifat negatif, prasangka juga bisa bersifat positif. Seperti yang diungkapkan Johnson (dalam Liliweri, 2005) bahwa prasangka adalah sikap positif atau negatif berdasarkan keyakinan stereotip kita tentang anggota dari kelompok tertentu . seperti halnya sikap, prasangka meliputi keyakinan untuk menggambarkan jenis pembedaan terhadap orang lain sesuai dengan peringkat nilai yang kita berikan.
Dari kedua definisi diatas dapat dipahami bahwa prasangka tidak hanya bersifat negatif saja, namun prasangka juga bisa bersifat positif. Namun yang sering terjadi di masyarakat khususnya di Indonesia, makna prasangka telah bergeser dari makna umum menuju ke arah makna khusus yang mengkhususkan pada sifat negatif. Padahal pemahaman tersebut kurang tepat. Secara umum kita dapat melihat bahwa prasangka mengandung tiga tipe yaitu afektif, kognitif, dan behavioral. Afektif berkaitan dengan perasaan yang negative seperti yang telah saya sampaikan pada bagian awal tulisan saya. Sedangkan kognitif berkaitan dengan pemikiran tentang sebuah stereotip. Maksudnya adalah kognitif lebih menjurus kepada pemikiran-pemikiran singkat dan dangkal akan suatu gejala-gejala yang ada. Kemudian yang terakhir adalah behavioral. Behavioral disini dimaksudkan pada kegiatan-kegiatan atau pola perilaku yang biasa dilakukan masyarakat dan bisa jadi telah menjadi suatu kebiasaan dalam masyarakat tersebut.
Mungkin itu uraian singkat yang dapat saya sampaikan mengenai psikologi sosial dalam kehidupan sehari-har, dan merujuk pada prasangka sosial di masyarakat yang masih sering disalahartikan.tentunya tulisan ini masih jauh dari sempurna dan memiliki kekurangan disana-sini. Namun saya berharap semoga ada sesuatu yang bisa diambil dari tulisan saya ini, khususnya bagi saya sendiri.

Categories

Unordered List

Sample Text

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget